HADITS TENTANG MENUNTUT ILMU

NAMA KELOMPOK : SASKIA FIRDHA
AURELIA PUTRI(27)
HAFIDA IRSYAD (16)
RADIKTYA C.P. (24)
INDRI WAHYU MAYLISA (18)
DWI PUSPA SUKMA VIRANDA (09)
1.
Hadits Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi
عَنْ اَبِى
الدَّرْدَاءَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ:
فَضْلُ العَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ
الَكَوَاكِبِ, وَاِنَّ الْعُلَمَاءِ وَرَثَةُ الاَنْبِيَاءِ لَمْ يُوَرِّثُوْا
دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا اِنَّمَا وَرَثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ اَخَذَهُ اَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ. - رواه ابو داود والترمذي
Artinya: "Dari Abu Darda:
Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Kelebihan seorang alim dari seorang
abid (orang yang suka beribadah) seperti kelebihan bulan pada bintang-bintang,
dan sesungguhnya para ulama itu pewaris nabi-nabi, mereka tidak mewariskan
dinar (uang), tetapi mewarisi ilmu, siapa yang mengambilnya maka ambillah dengan
bagian yang cukup." (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
Penjelasan :
Hadits tersebut di
atas masih ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dijelaskan oleh Nabi, seorang
alim (orang yang berilmu) lebih utama dari seorang hamba yang gemar ibadah
(hamba yang ilmunya sedikit). Dan Rasulullah saw. menjelaskan bahwa para ulama
adalah pewaris para nabi.
Ada dua hal yang terkandung di dalam
hadits ini:
Pertama: Bahwa seorang alim lebih utama
dari seorang abid yang gemar beribadah.
Ini artinya bahwa
orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi bahkan melebihi
seorang abid yang gemar beribadah namun tidak didasari dengan ilmu yang
memadai.Yang dimaksud dengan orang yang berilmu di sini adalah orang yang
mempunyai ilmu dan mengamalkannya. Ilmu yang dimilikinya bagaikan cahaya yang
dapat menerangi kegelapan. Sebagai orang yang berilmu ia mengerti bahwa ilmunya
harus dimanfaatkan. Dengan ilmunya ia dapat membedakan antara yang hak dan yang
bathil, antara yang halal dan mengetahui yang haram. Dengan ilmunya, ia dapat
beribadah dengan baik, apa yang dikerjakannya mempunyai dasar, dan di dalam
berbuat ia penuh dengan hati-hati.Dengan ilmunya pula ia dapat merubah keadaan
dan cepat menyesuaikan keadaan itu dengan segera.
Jadi, orang yang
berilmu itu dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri dan kepada umat manusia.
Di saat beribadah kepada Allah dilakukannya dengan benar sesuai dengan apa yang
dimilikinya. Dan di saat itu juga ia dapat menerangi umat manusia dengan jalan
memberi petunjuk kepada orang yang membutuhkannya. Ia tidak ingin melihat orang
lain terjerumus dalam kehinaan.Seseorang yang tidak berilmu di dalam beribadah
tidak sesempurna orang yang berilmu. Bisa jadi apa yang dilakukannya tidak
memberi manfaat pada dirinya.
Rasulullah saw.
mengibaratkan orang alim (ulama) dibandingkan dengan seorang abid bagaikan
bulan atas bintang-bintang. Artinya ilmu yang dimiliki (seorang alim) dapat
memancarkan cahaya yang terang seperti terangngnya cahaya bulan, sedangkan
seorang abid yang beribadah memancarkan cahaya seperti cahaya bintang.
Kedua: Para ulama adalah pewaris para
nabi.
Para ulama (orang yang
berilmu) bertugas sebagai pembawa amanat para nabi yang harus disampaikan
kepada umat manusia. Secara berkesinambungan dakwawah atau ajaran yang penuh
disampaikan oleh para nabi, setelah beliau wafat dilanjutkan oleh para ulama.
Seorang ulama tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi dengan ilmu yang ia
miliki ia berkewajiban mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain.
Dengan demikian, keberadaan agama akan terus terpelihara dengan baik. Walaupun
kita tidak pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad saw. dan tidak pernah mendengar
langsung ajaran-ajarannya, namun berkat kegigihan para ulama Islam, kita dapat
mengenyam nikmat-nikmat ajaran Islam. Karena ulama adalah pewaris nabi dan
pemegang amanah Allah. Begitu pentingnya peranan ulama, nabi pernah
mengingatkan, Allah akan mencabut ilmunya dengan cara mencabut (nyawa) para
ulama.Bagi sahabat yang ingin membaca hadits lainnya mengenai menuntut ilmu.
2. Hadits
riwayat Ibnu Majah :
حَدَ ثَنَا
هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ
مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:قال رَسُوْلُ الله صلى
الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. وَوَاضِعُ
اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ
الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ). (رواه ابن مجاه)[1]
“Rosulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu
adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang
yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang
menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan
beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah)
Hadits diatas menunjukkan bahwa fardhu bagi setiap
orang muslim mencari ilmu, dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya
adalah seperti orang yang mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas.
Orang yang mempunyai ilmu agama yang mengamalkannya dan mengajarkannya orang
ini seperti tanah tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberikan
manfaat bagi dirinya dan memberi manfaaat bagi orang lain, dan Allah juga akan
memudahkan bagi orang-orang yang selama hidupnya hanya untuk mencari,
dipermudahkan baginya jalan menuju kesurga. Dengan ilmu derjat orang tersebut
tinggi dihadapan Allah, Allah pun akan meninggikan derajatnya di dunia maupun
diakhirat nanti, seorang muslim memperbanyak mengamalkan ilmu kepada orang lain,
maka semakin tinggi pula derajatnya dihadapan Allah, dibawah ini salah satu
hadits yang menunjukkan bahwa seseorang yang menempuh suatu jalan dalam
hidupnya untuk mencari ilmu, maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan
menuju surga. Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia
maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya
kepada orang yang belum tahu. Allah juga : Seorang yang keluar dari rumahnya
dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu
semasa hidupnya.
Hadist tersebut merupakan penjelasan tentang hukum
mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah
diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadist tersebut
diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadist tersebut
adalah wajib. Karena melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia
maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai
ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan
manusia memiliki kelebihan diantara makhluk-makhluk Allah yang lain adalah
karena manusia memilki ilmu. Dan janganlah memberikan
ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang yang enggan
menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan
menertawakannya.
Ilmu
sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Karena
menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya sebagai suatu
ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun mencari keutamaan
ilmu. Disamping itu, timbul pula proses belajar-mengajar sebagai konsekuensi
menjalankan perintah Rasulullah itu proses belajar mengajar ini menimbulkan
perkembangan ilmu, yang lama maupun baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah
menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu
terjadi, karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur
kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat
Muslim dan dihadapak Allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan
sebagai pusat dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu masyarakat.
Kaitannya dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah diibaratkan
dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yg diberikan Allah kepadanya. Begitu
tingginya derajat orang yang berilmu disisi Allah dan manfaatnya ataupun
pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat. “Sungguh
mulia orang yang berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk mencari ilmu adalah
agar dimudahkan dalam masuk surga Allah, Allah pun juga akan juga akan
mempermudah baginya masuk surga”.
“Ibnu munir
menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat dimana ilmu
telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yang diberikan Allah
kepadanya”. Dengan mengetahui pentingnya ilmu
pengetahuan maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum Allah dapat diamalkan,
ditegakkan dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil, karena salah
satu kewajiban islam yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari
dan menuntut ilmu. Mencari ilmu ialah wajib hukumnya bagi setiap muslim, tidak
hanya dikhususkan satu kelompok dan tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban
sholat, puasa, zakat.
Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang
yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan
untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh
penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang
mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang
didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun
masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang
mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan
tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan
lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan
dapat diraih. Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di
dunia maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan
ilmunya kepada orang yang belum tahu. “Seorang yang keluar dari rumahnya dalam
mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang
tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa
hidupnya”. Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli
ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan
keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan
bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan.
Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada
pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir
seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki
diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa
lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam
mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat
diraih. “Allah tidak pernah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk mencari sesuatu
kecuali menuntut ilmu syari’at, yang berfungsi untuk menjelaskan apa-apa yang
wajib bagi seorang mukallaf”.
3.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim :
اِنَّ اللهَ لاَ
يَقْبِضُ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ
بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى اِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسَ
رُؤَسَاءَ جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ
اَضَلُّوْا ـ رواه البخارى و مسلم
Artinya: “Sesungguhnya Allah
tidak mencabut ilmu (pengetahuan) dengan mencabutnya dari hamba-Nya, akan
tetapi Ia akan mencabut ilmu tersebut dengan cara mencabut (nyawa) para ulama,
sehingga apabila tida ada ulama maka orang-orang akan mengangkat
pemimpin-pemimpin yang bodoh, apabila mereka ditanya kemudian memberi fatwa
(nasihat) tanpa ilmu pengetahuan maka mereka akan sesat dan menyesatkan.” (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Penjelasan :
Dalam hadits ini
dijelaskan bahwa apabila Allah hendak mencabut suatu ilmu maka terlebih dahulu
Allah akan mencabut nyawa ulama. Ini bisa dimaklumi bahwa yang memiliki ilmu
itu adalah ulama. Seandainya ilmu ulama itu belum sempat dipelajari oleh orang
lain maka akan hilanglah ilmu itu. Kemudian hadits di atas juga menjelaskan
bahwa apabila sudah tidak ada orang yang pandai (agama), akhirnya orang bodoh
pun akan diangkat sebagai pemimpin, yang akan tersesat dan menyesatkan orang
lain.
Oleh karena itu, sangat
penting mempunyai ilmu (agama) dan sekaligus menyebarluaskannya pada orang lain
agar tidak kehabisan ulama sehingga apabila seorang ulama meninggal maka akan
ada penggantinya. Dengan demikian, umat manusia tetap berada pada jalan yang
diridhoi Allah swt. Dan Nabi pun menerangkan pula bahwa beliau tidak
meninggalkan emas dan perak (harta), namun mewariskan ilmu.
4.
Hadits riwayat Muslim
:
مَْن سَلَكَ طَرِْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ
لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ (رواه مسلم)
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut
ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR
Muslim)
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah
surga itu akan didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar
kepada Allah Swt dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan.
Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga
Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan
juga tidak mengenal batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban
menuntut ilmu dapat dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim,
pengajian anak-anak, belajar sendiri, penelitian atau diskusi yang
diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan
ilmu, kehidupan di dunia terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang
kasar akan terasa lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus
dengan ilmu pula. Sebab beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah
sisa-sia belaka. Oleh karena itu dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah
merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan dapat memudahkan seseorang
untuk masuk ke dalam surga Allah.
5.
Hadits riwayat Tirmidzi
:
عَنْ أَنَسِ ابْنِ
مَالِكِ قاَلَ: قَالَ رَسُوْ لُ اللّهِ صَلَىّ اللُّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ
خَرَجَ فِي طَلَبِ اْلعِلْمِ كَانَ فِيْ سَبِيْلِ اللّهِ حَتَّى يَرْجِعُ (رواه
الترمذي)
Artinya: “Dari Anas bin Malik
berkata, telah bersabda Rasulullah saw : “barangsiapa keluar (pergi)
untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali (HR.
Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut
ilmu itu dinilai sebagai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang
mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan
mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.
6.
Hadits riwayat Baehaqi
:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ
مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)
Artinya: “Telah bersabda Rasulullah saw
: “Jadilah engkau orang yang berilmu pandai), atau orang yang belajar, atau
orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R. Baehaqi)
Sementara dalam Hadits
ketiga Rasulullah menganjurkan agar umat Islam (kaum muslimin) mau menjadi
orang yang :
7.
Hadits :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:
فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة و خير دينكم الورع
“Keutamaan ilmu lebih
aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap
wara’[1].”
(HR.Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi,
dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih
al-jami’:4214)
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ
الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan
seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan dimalam
purnama dibanding seluruh bintang- bintang.”
(HR.Abu Dawud (3641),
Ibnu Majah (223), dari hadits Abu Darda’ Radhiallahu Anhu)
Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki
ilmu dengan cara menuntutnya, atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang
lebih utama dibanding amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa
sunnah, dan yang lainnya. Bukan yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan
bagian dari ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang
paling mulia, bahkan bagian dari jihad fi sabilillah. Berkata Sufyan Ats-Tsauri
Rahimahullah:
“Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang
lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.” (Jami’ bayanil
ilmi, Ibnu Abdil Bar: 227)
Beliau juga berkata:
“Tiada satu amalan yang lebih utama dari
menuntut ilmu jika niatnya benar.”
(Jami’u bayanil
ilmi:119)
Berkata Abu Darda’
Rahimahullah:
“Barangsiapa yang menyangka bahwa
berangkat menuntut ilmu bukan amalan jihad, maka sungguh ia telah kurang
pandangan dan akalnya.” (Miftahu daris sa’adah:1/122)
alhamdulillah
BalasHapusassalamualaikum wr.wb
BalasHapusmakasih buat orang yg udah nulis artikel ini senoga menjadi berkah untuk semuanya termasuk saya sendiri. wasalamualaykum wr.wb .,
Terimakasih artikelnya
BalasHapus